Sisi Lain Sekolah Islam

jujur aja gw bukan rang yg melakukan shalat tepat waktu N sometime gw mlah g shalat krna bnyk bgd alasannya....
dan stiap w pulang skul nYokap w always blang ma w "shalat dulu sana", tapi w jwab "ntar"..... dan akhirnya shalatnya batal deh.
dosa bgd w ya!!!!
tapi gw ingin berubah walupun sulit..
Tuk teman-teman coba deh bca artikel ne yupzz!!!!!!




Jika kita ingin jujur, sesungguhnya nilai pendidikan yang kita berikan kepada siswa-siswi di sekolah bukan hanya pada saat tatap muka di depan kelas, diawali dengan pembukaan, kegiatan inti, dan penutup pelajaran. Akan tetapi seyogyanya setiap aktivitas di lingkungan sekolah harus mempunyai peran edukasi, baik terhadap anak, guru, karyawan maupun orang tua siswa saat berada di lingkungan sekolah. Mulai dari mereka datang ke sekolah, belajar, istirahat, sholat berjamaah, seluruhnya harus terbingkai dengan nilai-nilai pendidikan.

Salah satu jaminan yang diberikan oleh banyak sekolah Islam terpadu yaitu kelebihan dari segi akhlak dan ibadahnya. Bukan hanya sekedar capaian nilai akademis atau IQ. Bahkan ada yang secara tegas memberikan jaminan output dari sekolahnya adalah siswa melaksanakan sholat dengan penuh kesadaran, tanpa disuruh. Sesuatu yang sangat membanggakan sekaligus menakjubkan. “Hari gini, sholat tepat waktu !”, mungkin itu yang menjadi komentar miring dari orang yang tidak suka dengan nilai-nilai keislaman.

Akan tetapi, kalau kita lihat dalam pelaksanaan ibadah keseharian di sekolah-sekolah yang berlabel Islam, maka akan kita dapatkan fenomena yang membuat dahi kita berkerut. Selanjutnya, kita akan bertanya, “Seperti inikah cara melahirkan output dengan kesadaran sholat yang tanpa disuruh?”. Perhatikan saja para penyelenggara pendidikan Islam, mulai dari guru, karyawan, ataupun orang tua siswa yang secara rutin selalu masbuq dalam sholatnya. Artinya selalu terlambat untuk menunaikan sholat, baik berjamaah di masjid atau musholla, dengan beragam alasan tentunya.

Rapat dan pelatihan pun tidak jarang yang diselenggarakan sampai “menabrak” waktu sholat. Boleh dikatakan, menunda-nunda pelaksanaan sholat sudah menjadi hal yang “wajar” di lingkungan sekolah Islam. Padahal seharusnya, mereka itu adalah orang-orang yang dituntut untuk menjadi qudwah (teladan) bagi bawahannya dan juga anak didiknya. Apalagi guru, sosok yang selalu digugu dan ditiru. Sudah bisa kita bayangkan, bagaimana kondisi generasi penerus kita nanti, apabila sosok yang seharusnya menjadi teladan, ternyata tidak memberikan contoh yang tepat untuk diteladani.

Kadang-kadang keadaan seperti ini menyisakan pertanyaan-pertanyaan di dalam hati, “yang tidak tepat waktu sholatnya atau waktu pelatihannya?” atau juga, “harusnya, waktu sholat yang disesuaikan dengan waktu pelatihan atau waktu pelatihan yang disesuaikan dengan waktu sholat?”.

Banyak argumentasi yang bisa dibangun untuk menunda-nunda waktu sholat, bahkan bisa seribu satu alasan. Mulai dari kata pamungkas “tanggung”, tidak ada waktu lagi, sholat kan nomor dua (yang pertama syahadat), ataupun alasan lain. Akan tetapi banyak juga landasan syar’i yang harus kita perhatikan tentang mengutamakan sholat di atas kegiatan yang lainya. Dalil-dalil tentu saja bisa kita dapatkan baik dari Al Qur’an maupun as sunnah, diantaranya :

Allah Swt berfirman pada surat Al ma’uun ayat 4 dan 5, yang artinya : “ Maka kecelakaanlah bagi orang-orang yang shalat, (yaitu) orang-orang yang lalai dari shalatnya”

Juga firman Allah SWT, dalam Surat Annisa ayat 142

“ Sesungguhnya orang-orang munafik itu menipu Allah, dan Allah akan membalas tipuan mereka dan apabila mereka berdiri untuk shalat mereka berdiri dengan malas. Mereka bermaksud riya (dengan shalat) di hadapan manusia. dan tidaklah mereka menyebut Allah kecuali sedikit sekali”

Salah seorang sahabat Nabi Saw. bertanya” Yaa Rasulallah, amalan apakah yang paling utama ?”. dengan tegas Rasul menjawab :” Asshalatu ‘alaa waqtihaa” ( Sholat pada waktunya).

Imam As syahid Hasan Al Banna rahimahuLlah berpesan:

“ Berdirilah untuk melaksanakan sholat saat engkau mendengan adzan, bagaimanapun kondisinya” (Risalah Taalim wal usar)

Serta masih banyak landasan yang seharusnya menjadi pijakan kita dalam melakukan aktivitas agar kita tidak termasuk orang-orang yang melalaikan sholatnya. Dengan demikian label sekolah Islam bukan hanya sebuah nama atau slogan tanpa amal nyata yang dapat terlihat dalam aktivitas kesehariannya. Inilah salah satu dari sekian banyak PR kita yang harus kita perhatikan. Allahu A’lam.




No Response to "Sisi Lain Sekolah Islam"

powered by Blogger | WordPress by Newwpthemes | Converted by BloggerTheme