05 Maret 2009

Yahya Schroder, Muallaf Dari Jerman Semenjak Umur 17



Perkenalkan nama saya adalah Yahya Schroder, saya adalah seorang muallaf semenjak usia saya 17. Sekarang saya tinggal di Postdam, Jerman dan saya ingin berbagi pengalaman sebagai seorang Muslim di negara Non-Muslim.

Sebagai seorang muallaf, saya rasa lebih mudah bagi saya untuk menjalankan kewajiban-kewajiban saya sebagai seorang muslim dibandingkan dengan seorang muslim yang “terlahir” muslim.

Saya dibesarkan di sebuah desa kecil, tinggal bersama ibu dan ayah angkat di sebuah rumah yang sangat luas dengan taman dan kolam renang nya. Dan sebagai ABG saya menjalani kehidupan yang banyak diinginkan semua orang. Saya mempunyai beberapa teman nongkrong, melakukan hal-hal bodoh bersama-sama dan meminum alkohol seperti pemuda Jerman pada umumnya.

Kehidupan muslim di Jerman boleh dibilang sangatlah sulit, apabila anda menanyakan mengenai Islam kepada warga Jerman disana, maka mereka akan menjawab tidak jauh dari negara Arab, bagi mereka Islam = Arab.

Ketika saya menjadi muallaf saya harus meninggalkan keluarga dan pindah ke sebuah komunitas di Postdam dekat Berlin. Saya meninggalkan rumah dan harta. Semuanya.

Sewaktu saya tinggal bersama Ibu dan Ayah angkat saya, saya mempunyai semuanya ; sebuah rumah yang besar, udang sendiri, TV, Playstation. Uang bukanlah sesuatu yang saya pikirkan, tetapi saya tidak bisa bahagia, semenjak itu saya sudah memulai untuk ‘seraching for something else’.

Pada saat ulang tahun saya yang ke-16, saya bertemu dengan komunitas Muslim di Postdam melalui Ayah kandung saya yang telah terlebih dulu menjadi Muslim pada tahun 2001. Saya sering mengunjunginya sebulan sekali dan kami biasa menghadiri acara kumpul-kumpul dari komunitas tersebut yang digelar setiap hari Minggu.

Pada saat itu saya sudah tertarik dengan Islam, dan Ayah saya menyadarinya dan berkata kepada saya bahwa padas uatu hari dia tidak akan berbicara dan membahas tantang Islam ketika kami sedang bersama karena dia menginginkan saya untuk belajar dari orang yang lebih luas pengetahuannya, sehingga orang-orang tidak akan berkata : “Oh dia kan menjadi Muslim karena di masih 17 dan dipengaruhi oleh Ayah kandungnya”

Saya menyetujuinya dan mulai sering mengunjungi komunitas tersebut setiap bulan dan belajar banyak tantang Islam, tetapi pada saat itu sesuatu terjadi dan merubah pola pikir saya. Pada suatu hari Minggu, ketika saya pergi untuk berenang bersama komunitas tersebut, pungung saya patah dua kali karena loncat dari atas kolam renang dan mendarat dengan kepala terlebih dahulu.

Lalu Ayah saya membawa saya ke rumah sakit dan dokter rumah sakit tersebut berkata : “Tulang belakang kamu patah cukup parah dan apabila kamu sedikit saja melakukan gerakan yang salah, makan kamu akan cacat“

Apa yang dikatakan dokter tersebut tidaklah membuat saya tenang, tetapi sesaat sebelum mereka membawa saya ke ruang operasi, Ahmir, salah satu teman Muslim saya di komunitas muslim, berkata sesuatu kepada saya. “Yahya, kamu sekarang ada di tangan Allah, seperti rollercoaster. Sekarang kamu sedang berada di puncak, nikmati perjalanan nya, dan trust Allah”. Perkataan tersebut sungguhlah membuat saya tenang.

Operasi tersebut menghabiskan waktu 5 jam dan saya tersadar tiga hari setelah nya. Saya tidak bisa menggerakkan lengan kanan saya tetapi saya merasa seperti otang yang terbahagia sedunia. Kemudia saya bilang kepada dokter bahwa saya tidak peduli dengan lengan kanan saya, saya sangat bahagia karena Allah telah menyelamatkan saya.,

Kecelakaan ini telah merubah kepribadian saya.

Keinginan saya untuk menjadi seorang Muslim tak terbendung lagi, saya meninggalkan Ibu, Ayah angkat, harta dan pergi ke Postdam. Saya kemudian tinggal ke apartement Ayah kandung saya yang lebih kecil dan saya harus tidur di dapur, tp itu bukan masalah yang besar bagi saya.

Hari pertama di sekolah saya yang baru saya resmi menjadi sorang Muslim dengan mengucapkan dua kalimat Shahadat, Alhadulillah. Jadi semuanya baru bagi saya, apartemen baru, sekolah baru, dan lingkungan baru bersama keluarga baru.

Hari pertama disekolah, ketika teman-teman saya mengetahui bahwa saya adalah seorang Muslim mereka mulai membuat jokes tentang saya dan Islam.

Saya rasa itu wajar, mengingat apa yang mereka pelajari dari media. “Teroris”, “Osama bin Laden datang”, “Muslim itu kotor”, beberapa orang malahan menganggap saya gila. Dan bahkan mereka tidak percaya bahwa saya adalah seorang Jerman.

Tetapi setelah 10 bulan kedepan situasi berubah. Saya menjalankan dakwah dan syiar kecil-kecilan kepada mereka.

Lalu mereka pun berubah, dari tadinya yang making jokes tentang Islam ke menanyakan pertanyaan serius tentang Islam dan menyadari bahwa Islam adalah agama yang berbeda dengan agama lainnya. Mereka menyadari bahwa Islam itu agama yang masuk akal !

Di sekolah saya ada tiga geng utama : geng Hip-Hop, geng Punks, dan geng Party. Semuanya berusaha untuk menjadi salah satu dari geng tersebut, sehingga bisa diterima oleh komunitas sekolah.

Kecuali saya !, saya bisa berteman dengan siapa saja, saya tidak harus memakai pakaian tertentu to be “cool”. Alhasil, yang terjadi adalah geng-geng tersebut selalu mengundang saya dan teman teman Muslim saya untuk menghadiri pesta Barbecue.

Yang spesial adalah mereka menghormati saya sebagai seorang Muslim, mereka menyediakan makanan Halal khususnya untuk saya mereka menyediakan dua panggangan barbecue, satu untuk mereka, satu untuk kami para Muslim.


Sumber : http://www.supermance.com/yahya-schroder-muallaf-dari-jerman-semenjak-umur-17/

Tidak ada komentar:

Posting Komentar